Maaf, Kumpulan materi untuk mahasiswa Agroekoteknologi sedang dalam proses. Terima kasih

Welcome to. . .

Welcome to. . .

Rabu, 15 Mei 2019

Pertanian Organik di Desa Sumbergondo

 Lahan Organik di Desa Sumbergondo

Pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani. Pembangunan sektor pertanian menjadi hal yang penting untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Sistem pertanian organik bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk memajukan pertanian di Indonesia agar dapat berkembang secara berkelanjutan. 

Sistem pertanian organik merupakan cara budidaya pertanian yang mengandalkan bahan atau input seperti pupuk sampai dengan pengendalian hama dan penyakitnya juga secara alami. Sistem pertanian ini dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tanpa merusak lingkungan dan bebas dari kontaminan bahan kimia seperti pupuk sintetis dan pestisida. Lahan yang digunakan juga akan membaik kualitasnya karena tidak adanya unsur yang rusak akibat bahan kimia.


Menjalankan usaha organik ini memiliki banyak tantangan apalagi masih banyak pihak yang pesimis akan usaha organik ini. Pak Didik Sukaedi, salah satu anggota poktan Guyub Rukun Sentosa yang memulai usaha pertanian organik di desa Sumbergondo. Menurutnya, masa depan bisnis budidaya tanaman secara organik ini memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan karena adanya perbedaan harga. Apalagi jika biaya pemenuhan pupuk organik bisa dipangkas melalui pembuatan pupuk sendiri dengan cara memanfaatkan limbah-limbah yang ada di sekitar. Tak butuh lahan yang luas, apalagi untuk sayur-sayuran, karena hanya cukup atur jadwal tanam saja.


"Saya berharap teman-teman saya khususnya petani konvensional dapat mengikuti jejak saya untuk pindah ke organik. Karena saya yakin, dengan pertanian organik, tidak hanya memproduksi tanaman sehat yang bebas bahan kimia tetapi lahan pun juga selalu sehat."

Lahan pertanian yang diaplikasikan menjadi organik adalah milik Pak Didik dengan luas lahan 400m2, Pak Mujiman 400m2, Pak Suprapto 150m2, dan Pak Djumar seluas 600m2.

Bertani organik juga membutuhkan totalitas dan konsistensi, sehingga tak diperbolehkan lagi menggunakan bahan-bahan kimiawi meski itu dalam skala kecil. Maka dari itu, Kelompok Tani Guyub Rukun membuat inovasi pupuk organik dari urin kelinci dan pestisida nabati yang berasal dari campuran akar tuba dan daun sirsak yang difermentasikan. Cara pembuatan pupuk organik akan diposting setelah ini.


Hasil produksi yang diperoleh dari pertanian organik brokoli sebanyak 125 Kg, brungkul 120 Kg, dan buncis 80 kg yang selanjutnya dijual ke pasar organik di Desa Sumberejo, Batu. Sedangkan untuk bawang prei sebanyak 400 kg dan dijual di pasar konvensional.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar